Dalam tatanan berkehidupan sosial, kita sering mendengar istilah take and give, atau menerima dan memberi. Istilah ini mengekspresikan tentang ketergantungan kita kepada manusia lainnya terhadap apa yang diterimanya dan apa yang dapat diberikannya.
Jadi pada hakikatnya setiap diri kita ini pasti telah dibekali oleh Sang Pencipta dengan sumber daya. Kita juga diciptakan sebagai makhluk mulia yang selalu berhasrat untuk hidup secara mulia. Salah satu penerapan hidup secara mulia adalah dengan hidup sebagai pemberi. Namun kitapun perlu memahami bahwa ada saat dimana kita berada dalam posisi sebagai penerima. Bila bukan kita yang berposisi sebagai penerima, maka pasti ada orang lain yang berposisi sebagai penerima. Tidak akan ada pemberi kalau tidak ada penerimanya. Sang Pencipta mempergilirkan kedua posisi ini seiring dengan berjalannya waktu.
Memberi Itu Pilihan
Kita perlu menyadari bahwa kegemaran untuk memberi telah ada dalam diri kita sebagai kodrat ilahiyah. Kita selalu berhasrat untuk memberi namun keterbatasan sumber daya biasanya selalu menjadi penghalang penyaluran hasrat kita untuk memberi. Adanya keterbatasan inilah yang menjadikan hasrat memberi dalam diri kita menjadi suatu pilihan.Artinya, memberi atau tidak memberi adalah pilihan diri kita. Bersyukurlah orang yang selalu mempunyai kesempatan untuk memberi dan sering merealisasikannya karena sikap ini secara alamiah akan membentuk perilaku positif. Sebaliknya, orang yang selalu terkendala untuk memberi juga secara alamiah akan membentuk perilaku negatif. Kita perlu memahami bahwa perilaku kita terbentuk dari kebiasaan yang kita lakukan.
Namun kitapun perlu mengingat bahwa hasrat memberi itu dipengaruhi oleh aspek spiritualitas dalam diri kita. Dalam bahasa awam, pilihan ini dipengaruhi oleh hati nurani kita. Besar kecilnya pemberian kita adalah fungsi dari apa yang disebut dengan keikhlasan. Dalam konteks spiritual, memberi sedikit dengan ikhlas lebih tinggi nilainya daripada memberi banyak tanpa keikhlasan. Inilah pilihan kita.
Hikmah Memberi
Ada banyak kisah nyata tentang take and give. Ada yang tertolong dalam menghadapi kesulitannya karena seseorang telah menolongnya keluar dari kesulitan yang dihadapinya, padahal dia telah lupa bahwa orang yang menolongnya adalah orang yang pernah ditolongnya dulu. Ada yang mendapatkan karunia dari Allah SWT berupa rejeki yang mengalir seperti mengalirnya air di sungai karena kegemarannya bersedekah.Semua kisah nyata tersebut bermuara pada keyakinan bahwa bila kita menaman kebaikan maka kitapun pasti akan memetik buah kebaikan pula. Analoginya sama dengan bila kita banyak memberi, maka kitapun akan banyak menerima pemberian. Namun, mengharapkan balas budi atas apa yang telah kita berikan bukanlah hal yang patut untuk diperjuangkan. Balasan atas segala pemberian kita kepada orang lain adalah hak dari Yang Maha Memberi, yaitu Allah SWT. Kita hanya perlu menempatkan keikhlasan kita setiap kali kita memberi sehingga lahir kepuasan batiniah dalam diri kita yang akan membuat hidup kita menjadi lebih berarti.
Kalau kita sudah dapat merasakan nikmatnya memberi, maka kita perlu mensyukurinya pula dengan lebih banyak lagi memberi. Kita perlu menyadari bahwa setiap pemberian kita kepada orang lain adalah merupakan wujud rasa syukur kita kepada Allah Yang Maha Memberi. Hidup memang untuk memberi.